loading...
Hasil studi menunjukkan ketika seekor tikus dikondisikan mengalami stres kronis dan berkelanjutan, sistem limfatiknya mengalami perubahan fisik yang membuatnya sel kanker menyebar lebih cepat dan lebih mudah ke seluruh tubuh. Meskipun studi ini belum direplikasikan pada manusia, hasil penelitian ini merupakan suatu langkah besar dalam memahami bagaimana hubungan dengan perkembangan kanker. Namun yang lebih penting saat ini adalah para peneliti telah menemukan obat untuk mengatasi hal ini dan sekarang diujikan pada wanita dengan kanker payudara.
Bukan sesuatu hal yang mudah untuk menyarankan kepada seseorang yang baru saja didiagnosis dengan kanker untuk tidak stres, karena hasil diagnosis tersebut akan memicu stres dengan sendirinya. Yang pertama-tama harus dilakukan bukanlah bagaimana kita merawat pasien kanker, karena stres juga tidak hanya mempengaruhi kesejahteraan pasien, tetapi juga mempengaruhi bagaimana tumor berkembang. Terdapat dua cara bagi kanker untuk menyebar ke seluruh tubuh yakni melalui pembuluh darah atau melalui sistem limfatik (getah bening), yang merupakan jaringan-jaringan tabung yang mengalirkan cairan dari jaringan kembali ke dalam aliran darah. Sekali sistem tersebut bermasalah, maka dapat membentuk tumor sekunder yang mematikan, oleh karena itu begitu penting bagi dokter untuk mengangkat kanker secepat mungkin setelah kanker tersebut terdeteksi.
Para peneliti telah mengetahui bahwa hormon stres dapat meningkatkan pembentukan pembuluh darah, memberikan kemungkinan pada sel-sel kanker untuk menyebar, namun hingga saat ini belum jelas apakah penyebaran tersebut juga dipengaruhi sistem limfatik. Untuk memahami hal itu, tim peneliti mengkondisikan tikus agar mengalami stres yang ekstrim, dimana peneliti mensimulasikan seperti seseorang yang merasa mereka hanya tidak dapat mengatasi masalah mereka untuk jangka waktu yang panjang. Mereka menemukan bahwa tikus stres memiliki tingkat penyebaran kanker lebih tinggi dari tikus tanpa stres, dan hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa hormon stres adrenalin mengaktifkan sistem saraf simpatik (SNS) pada laju pembentukan getah bening.
Tidak hanya itu, hormon stres juga mengubah pembuluh getah bening secara fisik yang dapat mengalirkan tumor keluar, sehingga memungkinkan sel-sel kanker dapat menyebar lebih cepat ke bagian lain dari tubuh. Jadi sel kanker atau tumor tidak hanya mendapatkan jalan baru untuk keluar namun kecepatan sebar juga meningkat. Seperti yang terlihat pada ilustrasi di bawah, bagian atas adalah getah bening yang tidak terpengaruh oleh stres, sedangkan bagian bawah adalah yang terpengaruh stres kronis. Lingkaran putih kecil mencerminkan partikel seperti sel tumor atau kanker.
Berita baiknya adalah para peneliti kita dapat menggunakan beta-blocker yang disebut propranolol, yang telah tersedia di pasar, untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Dan melihat kenyataan bahwa propranolol telah digunakan selama bertahun-tahun di seluruh dunia, para peneliti ingin melihat apakah ada indikasi bahwa beta-blocker dapat memperlambat penyebaran kanker yang selama ini tak disadari.
Setelah mengevaluasi data pada hampir 1.000 pasien kanker payudara di Italia, para peneliti menemukan beberapa hasil yang cukup menarik. Setelah diamati selama sekitar tujuh tahun, ternyata pasien yang telah mengkonsumsi beta-blocker juga menunjukkan bukti bahwa sangat sedikit sel-sel tumor menuju ke kelenjar getah bening dan kemudian menyebarkan ke organ lain seperti paru-paru, sehingga memberikan dukungan klinis untuk apa yang dilihat pada tikus. Para peneliti kini melakukan studi lanjutan di Melbourne menggunakan propranolol pada sekelompok wanita penderita kanker payudara, dan diharapkan dapat berhasil, karena teknologi ini murah dan mudah guna mengurangi risiko kanker menyebar lebih lanjut.
Source: sciencealert.com
loading...
0 Response to "Stress Kronis Dapat Menjadi Penyebab Penyebaran Sel Kanker"
Posting Komentar