Sejarah Teori atom, Perkembangannya dari Zaman Filosof Yunani hingga Atom Modern

loading...

Sejarah Teori atom, Perkembangannya dari Zaman Filosof Yunani hingga Atom Modern

sejarah teori atom perkembangan zaman filosof yunani hingga modern
Sejarah teori atom dan perkembangannya dari zaman filosof yunani hingga modern

Coba perhatikan gambar di atas! Adakah di antara anda ada yang mengenal mereka? Ya, mereka adalah orang-orang yang memberikan kontribusi bagi sejarah teori atom. Teori material dasar penyusun alam semesta. Tokoh-tokoh pencetus teori material dasar alam semesta tersebut adalah Democritus (460 SM), John Dalton (1766-1844 M), J. J. Thomson (1856-1940 M), Ernest Rutherford (1871-1937 M) Niels Bohr (1885-1962 M) dan Erwin Schrödinger (1887-1961 M). 

Atom sendiri terdiri dari kata “a” yang berarti tidak dan “tomos” yang berarti dapat dibagi. Dengan demikian pengertian dasar atom adalah suatu partikel fundamental yang tidak dapat dibagi lagi. Kemudian seiring berjalannya waktu, pemahaman tentang atom bergeser menjadi teori yang lebih lengkap dan modern. Suatu atom pada awalnya dianggap sebagai suatu partikel tanpa penyusun, karena fungsi partikel atom sendiri merupakan penyusun dari makro molekul.

Namun pada perkembangannya, telah diketahui kalau partikel atom tersusun atas partikel-partikel subatomik yang dikenal sebagai elektron, proton dan neutron. Pada artikel ini kita akan membahas siapa saja para ilmuan beserta hasil penelitiannya yang berperan penting dalam memberikan pemahaman tentang partikel fundamental, dari zaman filosofis Yunani hingga atom modern.


1. Democritus (460-360 SM)

Democritus merupakan salah satu filosof yunani yang terkenal di zamannya. Tokoh ini lahir pada tahun 460 SM di kota Abdera, Yunani Utara dan meninggal pada tahun 360 SM.

Filosof merupakan sebutan bagi seseorang yang ahli atau menekuni ilmu filsafat. Filsafat sendiri merupakan ilmu yang mempelajari dan berusaha untuk mencari sebab dengan sedetail dan sedalam mungkin bagi segala sesuatu berdasarkan fikiran atau rasio. Selain itu filsafat juga merupakan pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang dan merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan.

Pada tahun sekitar 500-400 SM, ilmu filsafat merupakan salah satu ilmu yang paling popular. Hampir semua fenomena alam dan kehidupan dijelaskan dengan pendekatan filosofis termasuk teori atom atau teori partikel dasar penyusun alam semesta. Beberapa filosof Yunani selain Democritus yang terkenal hingga saat ini di antaranya adalah Plato, Aristoteles, Pythagoras dan Anaximenes.

Pertanyaan yang paling mendasar yang dikemukakan Democritus dalam mengungkapkan teori atom pada saat itu adalah "apakah suatu material dapat dibagi-bagi menjadi serpihan yang lebih kecil dan lebih kecil lagi tanpa batas? atau akan sampai pada suatu ketika material tersebut tidak dapat dibagi lagi?"

Democritus berpendapat bahwa setiap material di alam semesta dapat dibagi-bagi menjadi pecahan yang kecil hingga sampai pada keadaan di mana partikel tersebut tidak dapat dibagi lagi. Material bersifat terbatas. Democritus menganalogikan teori atomnya dengan butiran-butiran pasir di pantai. Pasir dianalogikan sebagai atom sedangkan pantai adalah partikel makro. Pasir adalah partikel penyusun dari pantai. Analogi ini kemudian dihubungkan dengan atom sebagai penyusun dari partikel yang lebih besar. Pasir adalah partikel yang tidak bisa dibagi lagi, atau dengan kata lain atom bersifat diskrit. Sebuah pantai dapat dibagi ke dalam butiran-butiran pasirnya, sedangkan butiran pasir ini merupakan partikel pejal yang tidak dapat dibagi.

Democritus berfikir bahwa atom tidak memiliki struktur internal dan sepenuhnya padat. Lebih lanjut Democritus juga berpendapat harus ada ruang kosong antar atom guna memberikan celah untuk pergerakan antar atom tersebut. Sebagai contoh pergerakan antar molekul air dan antar molekul udara, atau sifat fleksibilitas benda padat. Tambahan lain, Democritus juga mengutarakan bahwa untuk menjelaskan perbedaan sifat dari material yang berbeda, atom dibedakan ke dalam bentuk, massa dan ukurannya, namun tetap merupakan partikel yang sama. Dengan model teori atom tersebut, Democritus mampu memaparkan bahwa semua yang kita lihat terdiri dari bagian atau blok bangunan kecil yang disebut atom.

Democritus dengan teori atomnya berargumen bahwa jenis atom di alam semesta adalah tak terhingga. Masing-masing atom memiliki sifat khas dan unik yang tidak dijumpai di atom lain. Sebagai contoh “atom kayu” akan memiliki sifat berbeda jika dibandingkan dengan “atom batu”. Pada skala makroskopis, sifat-sifat ini diidentifikasi sebagai massa, warna, kepadatan dan lain sebagainya.

Di sisi lain, teori atom Democritus ini ditolak oleh Aristoteles dan Plato yang menyatakan bahwa partikel tidak diskrit, namun bersifat kontinu. Ini berarti bahwa materi dapat dibelah terus menerus sampai tak hingga, sampai pada akhirnya partikel tersebut menjadi sangat kecil dan kecil sekali serta semakin kecil. Dengan kata lain, pendapat ini adalah penolakan terhadap keberadaan atom.

Aristoteles lebih menyetujui teori Empedocles yang dikemukakan pada 432 SM. Menurut Empedocles, material di alam semesta tersusun atas empat elemen dasar yaitu air, api, udara dan tanah. Teori Empedocles selanjutnya ditambahkan oleh Aristoteles bahwa elemen penyusun alam semesta yang terdiri atas air, api, udara dan tanah dapat bertransformasi ke bentuk lain. Pada zaman itu, pemberian simbol terhadap partikel juga telah dilakukan. Seperti pada gambar 1 di bawah ini. 

sejarah teori atom_simbol atom demokritus
Gambar 1. Simbol atom pada zaman filosof Yunani, secara berurutan simbol api, udara, tanah, air dan matahari
Teori atom Democritus ini bertahan lebih dari 2000 tahun. Tidak ada teori baru yang mengutak-atik teori ini hingga pada akhirnya pada tahun 1803 M John Dalton mulai menyinggung memodifikasinya.


2. John Dalton (1766-1844 M)

Pada awal tahun 1800-an M seorang kimiawan asal Inggris, John Dalton melakukan beberapa eksperimen yang berakibat pada mulai terbukanya misteri partikel dasar penyusun alam semesta. Beberapa ide konsep yang diungkapkan oleh Dalton dalam tulisannya yang dipublikasikan pada tahun 1808 dengan tajuk "New System of Chemical Phlosophy" adalah sebagai berikut;
  • Setiap material di alam semesta tersusun atas atom, atom adalah bagian terkecil suatu zat.
  • Atom-atom tersebut terikat satu dengan lainnya dengan suatu gaya tarik menarik (atraksi).
  • Atom memiliki bentuk tertentu dan merupakan sesuatu yang tidak dapat dibagi lagi dan tidak dapat dihancurkan.
  • Unsur yang sama akan memiliki atom yang sama atau identik, dengan kata lain atom suatu material adalah sama persis.
  • Unsur sejenis akan memiliki sifat yang sama sedangkan unsur tak sejenis akan berbeda dalam sifat dan hal lainnya.
  • Senyawa merupakan gabungan dari dua atom atau lebih. Dengan demikian, sebuah reaksi kimia terjadi karena adanya penggabungan dan pemisahan atom-atom.
Penggabungan atau penyusunan ulang atom-atom dari suatu senyawa akan membentuk senyawa baru dengan sifat-sifat yang berlainan dari asalnya. Namun tidak ada penciptaan partikel atau unsur baru dan tidak pula terjadi pemusnahan suatu partikel, hal inilah yang menjadi cikal bakal dari hukum kekekalan materi.

Dengan demikian, jumlah atom di alam semesta selalu tetap sehingga tidak akan terjadi perubahan massa alam semesta (sejalan dengan hukum kekekalan massa Lavoisier). Dalam reaksi kimia, ada suatu keteraturan dalam segi kuantitatif, yaitu bila 2 unsur A dan B membentuk 2 senyawa atau lebih, dan salah satu unsur yang dikandung tiap senyawa beratnya sama, maka berat unsur kedua pada tiap senyawa akan sebanding dengan bilangan bulat dan sederhana (Hukum Perbandingan Berganda Dalton). Aturan-aturan ini selanjutnya diadopsi sebagai penuntun dalam semua penyelidikan kimia sintesis. 


sejarah teori atom-Simbol Atom Dalton
Gambar 2. Simbol Atom Dalton

Lebih lanjut, teori atom Dalton mencatatkan babak baru dalam sejarah teori atom. Teori ini menjadi teori penting dalam perkembangan ilmu kimia modern. Selain itu, simbol-simbol dasar atom juga telah digambarkan oleh Dalton. Sebagai contoh, ada atom unsur digambarkan sebagai simbol lingkaran kecil dengan titik serta garis tegak di dalamnya untuk simbol atom hidrogen dan nitrogen. Perhatikan gambar 2 simbol atom Dalton di atas. John Jakob Berzelius (1779-1848) selanjutnya memperbaiki metode simbol ini dan memperkenalkan sistem simbol huruf untuk masing-masing atom yang tetap kita gunakan hingga sekarang.


3. Joseph John Thomson (1856-1940 M)

Teori atom Thomson memecahkan argumen bahwa atom merupakan benda pejal yang bertahan lebih dari 2000 tahun. Kontribusi penting dari konsep teori atom Thomson ini adalah Thomson menemukan bukti pertama bahwa atom memiliki komponen penyusun. Dengan kata lain atom bukanlah elemen dasar penyusun alam semesta, masih ada partikel lain yang lebih kecil yang merupakan penyusun dari atom tersebut.

Apakah partikel lebih kecil dari atom yang ditemukan oleh J.J. Thomson tersebut? Dan bagaimanakah eksperimen yang dilakukannya sehingga diperoleh sebuah kesimpulan yang menunjukkan kekeluruan teori atom Dalton? Berikut ini adalah penjelasan singkat teori atom J.J. Thomson.

Sejarah telah terukir pada tahun 1897, J.J. Thomson dan timnya di laboratorium Cavendish Cambridge-Britain menemukan partikel subatomik pertama yang bermuatan negatif. Partikel subatomik negatif tersebut selanjutnya dikenal sebagai elektron.

Penemuan elektron diawali dengan penemuan tabung sinar katode (Cathode Rays Tube, CRT) oleh William Crookes dan selanjutnya penelitian tentang tabung sinar katoda ini dilanjutkan olah J.J. Thomson. Salah satu penemuan penting yang diperoleh adalah dapat dipastikan bahwa sinar katode ini merupakan partikel, karena baling-baling yang diletakkan di antara anoda dan katoda dapat berputar.

Pertanyaan mendasar yang ingin diketahui Thomson dan timnya adalah, apa yang dimaksud dengan sinar katoda? Apakah sinar tersebut adalah energi yang bergerak dalam bentuk gelombang (seperti cahaya)? Ataukah sinar katoda merupakan aliran partikel bergerak?

Untuk mencai jawaban dari pertanyaan tersebut, Thomson melakukan modifikasi percobaannya. Pada eksperimen lanjutan, Thomson menggunakan sebuah tabung sinar katoda yang terdiri atas sebuah tabung gelas tertutup. Pada kedua ujungnya ditempatkan disk logam yang disebut elektroda. Elektroda tersebut kemudian dihubungkan ke sumber listrik. Salah satu elektroda, yang disebut anoda bermuatan positif sedangkan elektroda lainnya adalah katoda yang bermuatan negatif. Di dalam tabung sinar katoda, arus listrik dilewatkan melalui gas bertekanan rendah. Sebuah cahaya (sinar katoda) terlihat membentang dari katoda ke anoda. Secara skematik, percobaan Thomson disajikan pada gambar 3 berikut ini.
sejarah teori atom_skematik tabung sinar katoda thomson experimant
Gambar 3. Skematik Percobaan Thomson, tabung sinar katoda (CRT), sinar mengalami pembelokan ke arah sisi plat positif.

Sebenarnya sinar katoda tidak terlihat oleh mata manusia. Mamun keberadaannya dapat diketahui karena sifatnya yang mampu memendarkan ZnS yang dideposisikan pada dinding kaca tabung sinar katoda tersebut. Untuk melihat efek pada sinar katoda, Thomson menempatkan medan elektromagnet (plat positif dan negatif) di suatu tempat pada sisi tabung sinar katoda. Ternyata medan elektromagnet dapat membelokkan sinar katoda. Sinar katoda tertolak oleh sisi plat negatif dan sebaliknya sinar tertarik oleh sisi positif.

Kita sama-sama tau kalau muatan yang sama akan tolak menolak, sedangan muatan yang berbeda akan saling tarik menarik. Fakta ini menjadi landasan bagi Thomson untuk menyimpulkan bahwa sinar katoda merupakan suatu partikel yang bermuatan negatif. Muatan negatif tersebut pada awalnya dikenal dengan “corpuscles” dan selanjutnya partikel tersebut dinamakan elektron.

Thomson juga menentukan massa partikel yang telah ditemukan tersebut. Variasi tegangan dilakukan untuk menentukan berapa banyak sinar katoda yang berbelok ketika dipengaruhi medan magnet. Thomson mengkonfirmasikan bahwa partikel ini memiliki massa 2000 kali lebih kecil dari massa atom terkecil (Hidrogen).

Dengan demikian, sejarah teori atom mencatat Thomson sebagai penemu partikel yang jauh lebih kecil dari atom. Elektron merupakan partikel dasar penyusun atom. Penemuan ini sekaligus membatah atau mematahkan teori atom Dalton yang menyatakan bahwa atom adalah partikel terkecil di alam semesta. 

sejarah teori atom_skematik tabung sinar katoda percobaan thomson
Gambar 4. Aparatus Tabung Sinar Katoda, Eksperimen Thomson
Dari apa yang telah dicapai Thomson, timbul pertanyaan lain. Secara total, atom adalah netral dalam muatan listrik. Bagaimana atom dapat bersifat netral jika terdapat elektron yang bermuatan negatif di dalam atom? Menurut Thomson, atom juga harus mengandung partikel lain yang bermuatan positif sebagai penyeimbang muatan negatif dari elektron. Namun, partikel positif tersebut belum ditemukan sampai beberapa tahun setelah Thomson menemukan elektron. Thomson membayangkan atom mirip dengan “roti kismis” di mana muatan negatif tersebar merata di seluruh bagian atom baik di dalam maupun di permukaanyang bermuatan positif, persis seperti kismis yang tersebar merata di seluruh bagian roti.


4. Ernerst Rutherford

Ernest Rutherford sebenarnya adalah mahasiswa dari J.J. Thomson di Cambridge University Inggris. Di sinilah Rutherford memulai karirnya di fisika atom. Rutherford adalah orang yang memperkenalkan istilah sinar alfa, beta dan gamma, proton jan juga neutron. Rutherford juga merupakan guru bagi Niels Bohr, James Chadwick dan Robert Oppenheimer. Frederick Soddy merupakan partner Rutherford dalam membuktikan bahwa atom-atom unsur radioaktif dapat berubah dengan spontan.

Rutherford memulai percobaan yang memberikan warna baru pada ilmu pengetahuan khususnya sejarah teori atom pada tahun 1909. Ia menemukan nukleus atau inti atom dan membangun model yang mirip dengan sistem tatasurya. Sebuah inti atom seperti matahari dikelilingi oleh elektron yang dianalogikan seperti planet-planet. Penerimaan model ini berkembang setelah Niels Bohr menggunakan teori kuantum dalam memodifikasinya.

Pada tahun 1909 Hans Geiger dan Ernest Marsden dengan petunjuk dari Ernest Rutherford melakukan eksperimen di Laboratorium Fisika Universitas Manchester untuk membuktikan kebenaran dari teori atom yang dikemukakan oleh Thomson. Pada awalnya, Rutherford bermaksud melanjutkan penelitian dari Philipp Lenard, namun Rutherford tidak menggunakan elektron melainkan partikel alfa yang merupakan helium bermuatan positif. Partikel alfa tersebut diperoleh dari emisi Radium. Rutherford juga mengganti plat aluminium dengan lempeng tipis emas. Seng Sulfida (ZnS) digunakan sebagai detektor untuk partikel alfa.

Rutherford berhipotesis jika model atom Thomson itu benar, maka akan relatif sedikit jumlah partikel alfa yang terdeteksi menembus lempeng tipis emas. Atau bahkan tidak ada sama sekali. Namun ternyata, hasil yang mengejutkan diperoleh dari eksperimen ini. Perhatikan gambar 5. Selain mengalami pemantulan, sebagian besar partikel alfa menembus lempeng emas. Tidak hanya itu, sebagian partikel alfa terdeteksi mengalami pembelokan dengan sudut tinggi. 

sejarah teori atom eksperimen rutherford lapis tipis emas
Gambar 5. Eksperimen Rutherford, Penembakan Partikel Alfa pada Lapis Tipis Emas untuk Membuktikan Keberadaan Inti Atom

Fakta ini tentunya memecahkan anggapan bahwa atom adalah benda pejal. Terdapat ruang kosong pada atom. Berikut ini adalah beberapa kesimpulan dari hasil ekperimen yang dilakukan oleh Rutherford;
  • Sebagian besar berkas partikel alfa dapat melewati lempengan logam emas, hal ini menunjukan bahwa terdapat banyak ruang kosong di dalam atom emas sehingga dengan mudah partikel alfa melewati ruang kosong tersebut dengan hambatan yang hampir tidak ada.
  • Berkas partikel alfa yang didefleksi memperlihatkan indikasi bahwa partikel alfa berada pada posisi yang dekat dengan inti atom yang bermuatan positif. Sesuai dengan kaidah muatan, positif dengan muatan positif akan saling tolak menolak, hal inilah yang mungkin menyebabkan partikel alfa dibelokan dengan sudut cukup besar.
  • Berkas partikel alfa yang dipantulkan kembali mengindikasikan bukti bahwa partikel alfa tersebut bertumbukkan dengan inti atom yang bermuatan positif. Inti atom emas mempunyai massa dan muatan positif yang lebih besar dibandingkan dengan massa dan muatan partikel alfa, hal inilah yang membuat partikel alfa di pantulkan kembali.
  • Atom bukanlah bola pejal, karena hampir semua partikel alfa diteruskan menembus lempeng tipis emas. Jika lempeng emas tersebut dianggap sebagai satu lapisan atom-atom emas, maka didalam atom emas terdapat partikel yang sangat kecil yang bermuatan positif.
  • Partikel tersebut merupakan partikel yang menyusun suatu inti atom, berdasarkan fakta bahwa 1 dari 20.000 partikel alfa akan dibelokkan. Bila perbandingan 1:20.000 merupakan perbandingan diameter, maka didapatkan ukuran inti atom kira-kira 10.000 lebih kecil daripada ukuran atom keseluruhan.

5. Niels Bohr (1885 - 1962)

Pada tahun 1913, seorang ilmuan asal Denmark Niels Bohr mengusulkan penyempurnaan pada model atom Rutherford. Di dalam model atomnya, Bohr menyatakan bahwa elektron berada pada tingkat energi tertentu. Berdasarkan model atom tersebut, ketika mengelilingi inti atom, elektron bergerak pada lintasan atau orbit tertentu. Mirip seperti planet-planet mengitari pusat tatasurya pada lintasannya. Orbit atau tingkat energi ini terletak pada suatu jarak pasti dengan inti atom.

Teori atom Bohr pada dasarnya merupakan modifikasi atau penyempurnaan dari teori atom Rutherford, oleh karena itu sebagian ilmuan ada yang menyebut teori ini sebagai teori atom Rutherford-Bohr.

Secara umum teori model atom Bohr dapat dituliskan sebagai atom terdiri dari inti atau nukleus bermuatan positif dan berukuran sangat kecil, dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif pada lintasan atau orbit tertentu sesuai dengan tingkat energinya. Walaupun pada akhirnya teori atom ini terbukti tidaklah sempurna, sejarah teori atom mencatat hanya teori Bohr yang dapat menjelaskan tetapan Rydberg pada garis spectrum emisi hidrogen. Di mana spektrum tersebut tidak dapat dijelaskan olah teori atom Dalton, Thomson dan Rutherford.

sejarah teori atom model atom bohr
Gambar 6. Model atom Bohr
Beberapa kesimpulan penting dari model teori atom Bohr di antaranya adalah;
  • Elektron mengitari inti atom pada lintasan (orbit) tertentu yang berbentuk lingkaran. Orbit atau lintasan ini juga disebut sebagai kulit atom yang dinotasikan sebagai K, L, M, N, …. dst yang secara berurutan sesuai dengan kulit ke n = 1, 2, 3, 4, …. dst.
  • Elektron dalam tiap orbit mempunyai tingkat energi tertentu. Nilainya semakin tinggi dengan makin besarnya harga n atau makin besarnya lingkaran orbit. Energi ini bersifat terkuantisasi dan nilai-nilai yang diizinkan dinyatakan oleh harga momentum sudut elektron yang terkuantisasi sebesar n (h/2π) dengan n = 1, 2, 3, 4 ... dst.
  • Selama dalam orbitnya, elektron berada dalam keadaan stasioner atau tidak memancarkan energi. Keberadaan elektron dalam orbit stasioner ini sesuai dengan gaya tarik elektrostatik elektron oleh inti atom yang besarnya sama dengan gaya sentrifugal dari gerak elektron.
  • Jika elektron tersebut menyerap energi yang besarnya sesuai dengan perbedaan energi antara kedua orbit, elektron dapat berpindah dari orbit satu ke orbit lain yang mempunyai energi lebih tinggi atau disebut dengan keadaan tereksitasi. dan sebaliknya bila elektron berpindah ke orbit yang mempunyai energi lebih rendah akan memancarkan energi radiasi yang teramati sebagai spektrum garis yang besarnya sesuai dengan perbedaan energi antara kedua orbit yang bersangkutan.
  • Atom dalam molekul merupakan atom dalam keadaan ground state (dasar), yakni ketika elektron-elektronnya menempati orbit-orbit sedemikian sehingga memberikan energi total terendah. Dan apabila elektron-elektron menempati orbit-orbit yang memberikan energi lebih tinggi daripada energi tingkat dasarnya dikatakan atom dalam keadaan tereksitasi (excited state). Atom dalam keadaan tereksitasi lebih tidak stabil daripada atom dalam keadaan ground state.

6. Teori Atom Awan Elektron

Perumusan teori atom awan elektron berdasarkan pada tiga hal. Pertama adalah dualisme partikel-gelombang yang diutarakan oleh Louis de Broglie pada tahun 1924. de Broglie menyatakan bahwa setiap materi atau partikel dapat memiliki sifat gelombang. Begitu juga dengan elektron, dapat bersifat seperti partikel dan gelombang. Kedua adalah persamaan matematis Schrödinger yang dirumuskan oleh Erwin Schrödinger dua tahun kemudian pada tahun 1926. Persamaan Schrödinger sendiri merupakan persamaan yang memperhitungkan sifat partikel dan gelombang pada elektron. Dan yang ketiga adalah asas ketidak pastian Heisenberg yang diajukan oleh Werner Heisenberg pada tahun 1927. Heisenberg menyatakan bahwa pergerakan elektron sangat cepat sehingga posisi elektron tidak dapat ditentukan secara pasti, tetapi peluang menemukan posisi elektron di suatu tempat dapat diperkirakan.

Dualisme partikel-gelombang de Broglie, persamaan Schrödinger dan asas ketidak pastian Heisenberg inilah yang menjadi dasar teori mekanika kuantum. Penyelesaian persamaan Schrödinger menghasilkan satu set persamaan matematika yang disebut sebagai fungsi gelombang. Perhatikan gambar 7, set orbital atom di bawah ini. Fungsi gelombang ini menggambarkan kemungkinan untuk menemukan elektron pada ruang dalam atom dengan tingkat energi tertentu. Fungsi gelombang inilah yang disebut sebagai orbital. Dengan demikian, orbital merupakan sebutan untuk ruang di mana keboleh jadian menemukan elektron sangat tinggi. 
sejarah teori atom, orbital atom s p d f persamaan gelombang
Gambar 7. Bentuk-bentuk orbital atom (s, p, d dan f) sebagai penyelesaian dari persamaan Schrödinger
Fungsi gelombang memberikan informasi keberadaan elektron, membatasi ruang dan menentukan kerapatan keberadaan elektron tersebut. Dengan kata lain, orbital terlihat seperti awan elektron seperti yang terlihat pada gambar orbital s hidrogen di bawah. Oleh karena itu, model atom mekanika kuantum juga disebut sebagai model atom awan elektron. Peluang menemukan elektron semakin tinggi ditandai dengan semakin rapatnya awan elektron dan juga sebaliknya, peluang mendapatkan elektron rendah ketika kerapatan awan elektron rendah.
sejarah teori atom, awan elektron orbital s
Gambar 8. Awan Orbital s pada atom Hidrogen
Demikianlah telah diuraikan dengan singkat sejarah teori atom, mulai dari zaman filosofis Yunani hingga zaman modern saat ini.  Sejarah toeri atom pada tulisan ini belum lah lengkap dan masih banyak kekurangannya. Bagi rekan-rekan, kami persilakan untuk menambahkan atau mengkoreksi jika ada yang kurang tepat, guna mendapatkan kelengkapan informasi sejarah teori atom.


Partikel Fundamental penyusun alam semesta

Dari bacaan di atas, kita telah memahami sejarah teori atom dari mulai awal ilmu pengetahuan muncul hingga saat ini. Atom telah diketahui bukan lagi partikel fundamental penyusun alam semesta. Masih ada partikel subatomik penyusun atom yang jauh lebih kecil dari atom itu sendiri yaitu proton, neutron dan elektron.

Atom secara harfiah tidak tepat lagi disebut sebagai "atom". Atom yang berarti material yang tak dapat dibagi lagi, ternyata masih dapat dibagi. Masih diketahui penyusunnya. Pertanyaannya sekarang adalah "apakah proton, neutron dan elektron adalah partikel dasar penyusun alam semesta? Apakah proton, neutron dan elektron adalah material yang tak dapat dibagi lagi?" Simpan dulu pertanyaannya, dan akan kita bahas nanti. Untuk artikel lainnya silakan baca di:
kedaisains.blogspot.com di antaranya adalah Kromatografi, jenis-jenis dan cara kerja kromatografi, serta spektroskopi masa.
loading...

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sejarah Teori atom, Perkembangannya dari Zaman Filosof Yunani hingga Atom Modern"

Posting Komentar